Kamis, 29 September 2016
KEUTAMAAN ISTIGHFAR
Assalamualaikum, Wb.Wb
Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT, dimana Allah SWT masih senantiasa memberikan inayah pada kita semua, dimana Allah masih memberikan bimbingan pada kita, untuk selalu bertaubat terhadapNya.
Keutamaan yang menjadi acuan untuk mengamalkan
istigfar:
1. Istighfar yang artinya memohon
Ampunan pada Allah, Adalah Perintah Allah.
Didalam Al Quran termaktub :
“Dan mohonlah ampun
kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya.”
(QS Huud: 90)
2. Beristighfar
Adalah Sunnah Nabi.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,dalam hadis yang artinya :
“Demi Allah,
sesungguhnya aku ini beristghfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam
sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Al-Bukhari, At-Tirmidzi, dan Ibnu
Majah, dan Ahmad)
3. Mencegah Azhab
Allah.
Allah subhanahu wa
ta’alaberfirman,
“Dan Allah
sekali-kali tidak akan mengahzab mereka, sedang mereka senantiasa beristighfar
.” (QS. Al-Anfaal: 33)
4. Istighfar
Mendatangkan Rezeki Tak Terduga.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa
yang rutin membaca istighfar, Allah akan memberikan solusi pada setiap kesulitanya,dan penyelesaian bagi setiasp permaslahannya. Dan Dia akan memberikan rizki dari jalan yang tidak terduga."(Abu Dawud, An- Nasai, Ibnu Majah, al-Hakim, dan Al- Baihaqi).
Oleh : Mahfudz Amin
Minggu, 25 September 2016
Rosi dan Keluarga SBY Presiden ke-6 Republik Indonesia #SBYdiRosi
MENJEMPUT MASA DEPAN BERSAMA KAMU
Alamat :
Pondok Yatim & Dhuafa Assaulia
Jln Raya Bekasi Km.23 Rt.12/04 No.100 Kel. Cakung Barat, Cakung Jakarta Timur,13910.
Telp.021.4683 1206. CP.0813 1523 4242. Email.info@yatimassaulia.com
Jumat, 23 September 2016
Kekuatan dan Arti Doa Menurut Syariat Islam
Kekuatan dan Arti Doa Menurut Syariat Islam
Ya Rab di sore menjelang malam ini, Setitik harapanku agar keluarga,kerabat,sahabat-sahabtku dimana saja berada, seheatkan,terimalah doa,dan mudahkan segela kebutuhan mereka dalam memanjatkan doa pada MU.
Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 186 Allah menjelaskan tentang bentuk ikhtiar yang sangat dianjurkan Berdoa.
Ya Rab di sore menjelang malam ini, Setitik harapanku agar keluarga,kerabat,sahabat-sahabtku dimana saja berada, seheatkan,terimalah doa,dan mudahkan segela kebutuhan mereka dalam memanjatkan doa pada MU.
Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 186 Allah menjelaskan tentang bentuk ikhtiar yang sangat dianjurkan Berdoa.
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Albaqarah:
186)
Dalam ayat tersebut menegaskan bahwa Allah SWT berada sangat dekat dengan hamba-Nya dan sekaligus mengabulkan setiap permohonan doa dari hambanya yang shaleh.
Arti Doa :
Menurut arti bahasa doa itu memohon,kata tersbut juga identik dengan kata lain dakwah, juga doa bermakna bisa juga berarti mengajak atau mengundang agar datang. Merupakan sarana permohonan melakukan secara lansung kepada Allah SWT agar senantiasa diberikan kebaikan ,keberkahan,kemudahan, kesehatan dan serta di berikan kemudahan dalam menghadapi persoalan hidup sehari-hari dari kesulitan dst
Dalam ayat yang lain juga dijelaskan yang artinya:
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Surat Al A’raf : 180
Doa terbagi menjadi 3 pengabulan, antara lain:
--------------------------------------------------------------
• Doa seorang hamba akan langsung dikabulkan oleh Allah.
• Doa akan ditunda oleh Allah yang kemudian akan Allah kabulkan di lain waktu atau nanti di Akhirat,
• Doa akan diganti oleh Allah swt. dengan hal lain yang menurut Allah lebih baik semisal; terhindar dari bencana (karena sesuatu yang menurut manusia baik belum tentu baik bagi Allah swt).
Berdoa seorang mempunyai tujuan, diantaranya :
• Memohon hidup selalu dalam bimbingan Allah SWT
• Agar selamat dunia akhirat
• Untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT
• Meminta perlindungan Allah SWT dari Setan yang terkutuk
Dalam ayat tersebut menegaskan bahwa Allah SWT berada sangat dekat dengan hamba-Nya dan sekaligus mengabulkan setiap permohonan doa dari hambanya yang shaleh.
Arti Doa :
Menurut arti bahasa doa itu memohon,kata tersbut juga identik dengan kata lain dakwah, juga doa bermakna bisa juga berarti mengajak atau mengundang agar datang. Merupakan sarana permohonan melakukan secara lansung kepada Allah SWT agar senantiasa diberikan kebaikan ,keberkahan,kemudahan, kesehatan dan serta di berikan kemudahan dalam menghadapi persoalan hidup sehari-hari dari kesulitan dst
Dalam ayat yang lain juga dijelaskan yang artinya:
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Surat Al A’raf : 180
Doa terbagi menjadi 3 pengabulan, antara lain:
--------------------------------------------------------------
• Doa seorang hamba akan langsung dikabulkan oleh Allah.
• Doa akan ditunda oleh Allah yang kemudian akan Allah kabulkan di lain waktu atau nanti di Akhirat,
• Doa akan diganti oleh Allah swt. dengan hal lain yang menurut Allah lebih baik semisal; terhindar dari bencana (karena sesuatu yang menurut manusia baik belum tentu baik bagi Allah swt).
Berdoa seorang mempunyai tujuan, diantaranya :
• Memohon hidup selalu dalam bimbingan Allah SWT
• Agar selamat dunia akhirat
• Untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT
• Meminta perlindungan Allah SWT dari Setan yang terkutuk
Luangkan berdo'a beberapa saat sebelum tidur ,dan bacalah surat muawijaat
(surat Alikhlas, Surat Al Alaq dan Surat Annaas ), smg bahagia ya
sahabatku.
Oleh : Mahfud Amin
Kementerian Agama Kota Depok: Pendaftaran dan Kuota Haji Serta Pengantaran dan P...
Kementerian Agama Kota Depok: Pendaftaran dan Kuota Haji Serta Pengantaran dan P...: PENDAFTARAN DAN KUOTA HAJI 1. SISTEM PENDAFTARAN (PMA NO. 15 TAHUN 2006
Kamis, 22 September 2016
SABAR ITU MENDATANGKAN RIZKI
Baginda Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa bersabar maka Allah akan memberinya kesabaran, dan tidaklah Allah memberikan rezeki yang lebih baik dan lebih luas bagi seorang hamba daripada sifat sabar.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Benarkah sabar itu mendatangkan rizki? Kita lihat saja apa yang dilakukan oleh orang-orang sukses. Thomas Alfa Edison adalah salah satunya. Ia melakukan banyak percobaan dengan listrik.
Yaitu membuat bola lampu listrik (Bolham). Ia berhasil membuat bolham tidak begitu saja, melainkan telah mengalami berbagai kegagalan. Akan tetapi ia tidak pernah kapok, tidak pernah berhenti untuk mencoba. Jika gagal, maka berpikir lagi dan mencoba lagi. Begitu seterusnya yang akhirnya Allah yang Maha Perkasa memberi ilham, atau ilmu sehingga dia berhasil menemukan bola lampu listrik yang pertama.
Diceritakan bahwa Edison telah melakukan percobaan sebanyak 9.998 kali. Baru pada percobaan yang ke 9.999 kali ia berhasil menemukan bola lampu pijar. Pada saat keberhasilan dicapainya, dia sempat ditanya: Apa kunci kesuksesannya.
Thomas Alfa Edison menjawab, “Saya sukses, karena saya telah kehabisan apa yang disebut kegagalan”. Pada tahun 1928 ia menerima penghargaan berupa sebuah medali khusus dari Kongres Amerika Serikat. Ian mengatakan: “Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat. Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras" Berkat jasanya kita bisa hidup enak dengan cahaya yang terang benderang, berkat lampu listrik yang ditemukannya.
Silahkan Klik Like dan Bagikan di halamanmu agar kamu dan teman-temanmu senantiasa istiqomah dan bisa meningkatkan ketakwaannya kepada ALLAH SWT.
Semoga ALLAH MENJAUHKAN kita dari perbuatan maksiat, melimpahkan kita rizki yang halal Dan BERKAH untuk kita Dan keluarga kita.
Oleh : Ust. Yusuf Mansyur]
Alamat :
Jln Raya Bekasi Km.23 Rt.12/04 No.100 Cakung barat Cakung Jakarta Timur,13910
Telp.0214683 1206. Fax.021.4683 1575
website.yatimassaulia.com
Email.info@yatimassaulia.com
Rabu, 21 September 2016
Selasa, 20 September 2016
Doa Untuk Dapat Melunasi Utang
Bahagianya tak mempunyai utang.....
Mari kita berdoa dan selalu di panjat disetiap kita kan akan tidur..
“Ya Allah, Rabb yang kuasai langit yang tujuh, Rabb yang
kuasai ‘Arsy yang agung, Rabb kami serta Rabb semua suatu hal. Rabb yang
membelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah, Rabb yang menurunkan kitab
Taurat, Injil serta Furqan (Al-Qur’an). Saya berlindung kepadaMu dari kejahatan
semua suatu hal yang Engkau memegang ubun-ubunnya (semuanya makhluk atas kuasa
Allah).
Ya Allah, Engkau-lah yang awal, sebelum-Mu tak ada suatu hal. Engkaulah yang paling akhir, setelahMu tak ada suatu hal. Engkau-lah yang lahir, tak ada suatu hal di atasMu. Engkau-lah yang Batin, tak ada suatu hal yang luput dari-Mu. Lunasilah utang kami serta berilah kami kekayaan (kecukupan) sampai lepas dari kefakiran. ” (HR. Muslim no. 2713)
Ya Allah, Engkau-lah yang awal, sebelum-Mu tak ada suatu hal. Engkaulah yang paling akhir, setelahMu tak ada suatu hal. Engkau-lah yang lahir, tak ada suatu hal di atasMu. Engkau-lah yang Batin, tak ada suatu hal yang luput dari-Mu. Lunasilah utang kami serta berilah kami kekayaan (kecukupan) sampai lepas dari kefakiran. ” (HR. Muslim no. 2713)
Hadist tersebut mengajarkan kita untuk berdoa agar segala permasalahan hidup keharusan bergantung pada Allah subhanauwatala, dan memohon supaya utang terlunasi dan hajat kecukupan dari ke fakira.
Hal tersebut juga dijelaskan dalam salah satu hadist :
Imam Nawawi rahimahullah menyebutkan kalau maksud utang dalam hadits itu yaitu keharusan pada Allah Ta’ala serta keharusan pada hamba semuanya, dasarnya meliputi semua jenis keharusan. ” (Syarh Shahih Muslim, 17 : 33).
Imam Nawawi rahimahullah menyebutkan kalau maksud utang dalam hadits itu yaitu keharusan pada Allah Ta’ala serta keharusan pada hamba semuanya, dasarnya meliputi semua jenis keharusan. ” (Syarh Shahih Muslim, 17 : 33).
Oleh : Mahfudz Amin
Senin, 19 September 2016
*MENCURI UANG ANAK SENDIRI*🍁
*Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw mengadukan ayahnya yang menghabiskan uang miliknya tanpa meminta izin terlebih dahulu kepadanya* .
Rasulullah Saw memanggil ayah orang itu ke hadapan beliau. Ketika lelaki jompo itu datang dengan tertatih-tatih bersandar pada tongkatnya, Rasulullah Saw bertanya:
*“Betulkah kau mengambil uang anakmu tanpa seizinnya?”*
“Wahai Nabi Allah,” lelaki itu menangis, “ketika aku kuat dan anakku lemah, ketika aku kaya dan dia miskin, aku tidak membelanjakan uangku kecuali utk memberi makan kepadanya, bahkan terkadang aku membiar kan diriku kelaparan asalkan dia bisa makan."
*"Sekarang aku telah tua dan lemah sementara anakku tumbuh kuat. Aku telah jatuh miskin sementara anakku menjadi kaya. Dia mulai menyembunyikan uangnya dariku"*
"Dahulu aku menyediakan makan untuknya tapi sekarang dia hanya menyiapkan makan untuk dirinya. Aku tak pernah seperti dia memperlakukan aku."
"Jika saja aku masih sekuat dulu, aku masih akan merelakan uangku untuk dia.”
*Ketika mendengar hal ini, air mata Rasulullah Saw jatuh berlinang seperti untaian mutiara menimpa janggutnya yang suci* .
“Baiklah,” Rasulullah Saw berkata, “Habiskan seluruh uang anakmu sekehendak hatimu. Uang itu milikmu…”
Saudara-saudaraku,
*Apakah orang tua Anda masih hidup?? Ingat, surga Anda ada di bawah telapak kaki mereka. Mungkin kesempatan Anda untuk berbakti kepada mereka tidak begitu lama lagi. Sangat dianjurkan Anda yang tinggal jauh dari orang tua, pulanglah. Temui dan pandang wajah mereka dgn penuh cinta yg tulus, krn boleh jadi wajah itu tidak akan lama lagi menghilang dari pandangan Anda utk selama-lamanya..* .
*Semoga bermanfaat*
Oleh Toety Muchtar
Subhanallah!! Inilah 5 Tanda Kematian yang Bisa Diketahui Manusia Tapi Sering Diabaikan
Meskipun kematian yaitu satu hal yang di rahasiakan oleh Allah,
namun terlebih dulu kematian itu datang bakal ada tanda-tanda yang mungkin saja
dapat kita ketahui. Namun, biasanya seseorang tidak bisa menyadarinya.
Tanda-tanda itu terlebih dulu kematian.
40 hari terlebih dulu kematian
Tanda-tanda kematian ini bisa terlihat setelah masuk waktu
asar, segi pusat dari tubuh kita bakal berdenyut. Itu tandanya bila daun yang
terdaftar nama kita dari pohon yang ada di Arshy Allah swt. Sudah gugur.
Setelah itu malaikat maut mengambil daun itu dan selekasnya
bikin persiapan salah satunya mulai mengawasi kita setiap waktu. Dan sesekali
malaikat maut menunjukkan dianya pada orang yang bakal dicabut nyawanya
berbentuk manusia, dan waktu itu juga orang itu akan terasa terkejud dan
bingung saksikan malaikat maut.
Walau malaikat maut wujudnya hanya satu tetapi atas izin
Allah swt, Dia bisa mencabut nyawa seseorang kurun waktu yang berbarengan.
7 hari terlebih dulu kematian
Sinyal ini terlihat setelah masuk saat asar, tanda-tanda
kematian ini hanya diberikan Allah swt Pada orang yang diuji Allah dengan
Sakit, biasanya orang yang tengah sakit tak berselera makan, mendadak ingin
makan. Ini yaitu isyarat dari Allah bila kematian memang benar-benar telah
dekat.
3 hari terlebih dulu kematian
Disuatu waktu akan merasa denyutan didalam dahi kita, yaitu
pada dahi kanan dan dahi kiri. Apabila tanda-tanda kematian ini dapat di rasa
jadi sebaiknya berpuasalah kita kemudian. Supaya perut kita tak mempunyai
kandungan banyak najis, dan ini akan memudahkan orang lain utk memandikan jasad
kita.
Lalu juga mata hitam kita tak bercahaya lagi, dan untuk
orang yg sakit, hidungnya perlahan-lahan akan masuk dalam, ini dapat tampak
jelas apabila dilihat dari segi tubuh kita. Telinga bakal layu dan
berangsur-angsur masuk dalam. Tapak kaki tegak berangsur-angsur lurus ke depan
dan susah untuk ditegakkan lagi.
Sehari terlebih dulu kematian
Tanda-tanda kematian ini bisa berjalan setelah waktu ashar,
kita bakal rasakan denyutan di bagian ubun-ubun, ini menyaratkan kita sudah tak
pernah lagi saksikan waktu ashar di keesokan harinya.
Tanda terakhir
Kita akan rasakan sejuk di bagian pusat, lalu turun ke
pinggang dan selalu naik ke sisi halkum.
Pada sekarang ini baiknya kita sering beristighfar memohon
ampun pada Allah, dan beberapa sering membaca syahadat. Mengatur hati, fokus
fikiran kita hanya pada satu arah yaitu Allah swt. Dengan hal itu semoga dengan
sedikit pengetahuan mendekati kematian, kita punyai kesiapan untuk
menghadapinya.
Sumber Oleh : TolongBagi.Com
Pondok Yatim & Dhuafa Assaulia
Jln Raya Bekasi Km.23 Rt.12/04 No.100 Cakung Barat Cakung Jakarta Timur,13910.
Telp.021.4683 1206 Fax. 021.4683 1575
info@yatimassaulia.com
www.yatimassaulia.com
Minggu, 18 September 2016
Harus Seimbang Antara Mencari Dunia Dan Akhirat?
Katanya, kita harus SEIMBANG antara mencari dunia dan mencari akherat.
Padahal Allah berpesan untuk lebih mendahulukan dan mementingkan akherat.
Renungkanlah firman-Nya:
Yang Artinya
“Carilah negeri AKHERAT pada nikmat yang diberikan Allah kepadamu, tapi jangan kamu lupakan bagianmu dari dunia“. (QS. Al-Qosos: 77).
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kita agar memanfaatkan nikmat dunia yang Allah berikan, untuk meraih kemuliaan akherat. Arti simpelnya: korbankanlah duniamu, untuk meraih akheratmu!
Lalu Allah katakan, jangan kamu lupakan BAGIANMU dari dunia. Ya, “bagianmu”, yakni bagian kecil dari duniamu, bukan setengahnya, apalagi semuanya. Jelas sekali dari ayat ini, bahwa kita harusnya mementingkan akherat, bukan seimbang dengan dunia, apalagi mendahulukan dunia.
Jujurlah, mungkinkah Anda menyeimbangkan antara dunia dan akherat?! Sungguh, seakan itu hal yang mustahil. Yang ada: mendahulukan dunia, atau mendahukan akherat. Dan yang terakhir inilah yang Allah perintahkan.
Makanya, Allah berfirman dalam ayat lain:
Yang Artinya
“Carilah negeri AKHERAT pada nikmat yang diberikan Allah kepadamu, tapi jangan kamu lupakan bagianmu dari dunia“. (QS. Al-Qosos: 77).
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kita agar memanfaatkan nikmat dunia yang Allah berikan, untuk meraih kemuliaan akherat. Arti simpelnya: korbankanlah duniamu, untuk meraih akheratmu!
Lalu Allah katakan, jangan kamu lupakan BAGIANMU dari dunia. Ya, “bagianmu”, yakni bagian kecil dari duniamu, bukan setengahnya, apalagi semuanya. Jelas sekali dari ayat ini, bahwa kita harusnya mementingkan akherat, bukan seimbang dengan dunia, apalagi mendahulukan dunia.
Jujurlah, mungkinkah Anda menyeimbangkan antara dunia dan akherat?! Sungguh, seakan itu hal yang mustahil. Yang ada: mendahulukan dunia, atau mendahukan akherat. Dan yang terakhir inilah yang Allah perintahkan.
Makanya, Allah berfirman dalam ayat lain:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Aku tidaklah ciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah
hanya kepada-Ku“. (QS. Adz-Dzariyat: 56).Ayat ini menunjukkan bahwa ibadah adalah tujuan UTAMA kita diciptakan. Jika demikian, pantaskan kita menyeimbangkan antara tujuan utama dengan yang lainnya?!
Bahkan dalam doa “sapu jagat” yang sangat masyhur di kalangan awam, ada isyarat untuk mendahukan kehidupan akherat:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, juga kebaikan di
akhirat. Dan peliharalah kami dari siksa neraka“. (QS. Albaqoroh: 201)Di sini ada 3 permintaan; 1 permintaan untuk kehidupan dunia, dan 2 permintaan utk kehidupan akherat. Inilah isyarat, bahwa kita harus lebih memikirkan kehidupan akherat, wallohu a’lam.
Semoga bermanfaat, amin.
Oleh : Musyaffa Addariny,Lc,MA
Pondok Yatim & Dhuafa Assaulia
Jl Raya Bekasi Km.23 Rt.12/04 No.100 Cakung Barat Cakung Jakarta Timur,13910.
Telp.021.4683 1206 Fax.021.4683 1575
Definisi Zakat, Infaq dan Shadaqah
Zakat menurut bahasa artinya adalah “berkembang” (an namaa`)
atau “pensucian” (at tath-hiir). Adapun menurut syara’, zakat adalah hak yang
telah ditentukan besarnya yang wajib dikeluarkan pada harta-harta tertentu (haqqun muqaddarun
yajibu fi amwalin mu’ayyanah) (Zallum, 1983 : 147).
Dengan perkataan “hak yang telah ditentukan besarnya”
(haqqun muqaddarun), berarti zakat tidak mencakup hak-hak --berupa pemberian
harta-- yang besarnya tidak ditentukan, misalnya hibah, hadiah, wasiat, dan
wakaf. Dengan perkataan “yang wajib (dikeluarkan)” (yajibu), berarti zakat
tidak mencakup hak yang sifatnya sunnah atau tathawwu’, seperti shadaqah
tathawwu’ (sedekah sunnah). Sedangkan ungkapan “pada harta-harta tertentu” (fi
amwaalin mu’ayyanah) berarti zakat tidak mencakup segala macam harta secara
umum, melainkan hanya harta-harta tertentu yang telah ditetapkan berdasarkan
nash-nash syara’ yang khusus, seperti emas, perak, onta, domba, dan sebagainya.
Bagaimana
kaitan atau perbedaan definisi zakat ini dengan pengertian infaq dan shadaqah?
Al Jurjani dalam kitabnya At Ta’rifaat menjelaskan bahwa infaq adalah
penggunaan harta untuk memenuhi kebutuhan (sharful maal ilal haajah) (Al
Jurjani, tt : 39). Dengan demikian, infaq mempunyai cakupan yang lebih luas
dibanding zakat. Dalam kategorisasinya, infak dapat diumpamakan dengan “alat
transportasi” --yang mencakup kereta api, mobil, bus, kapal, dan lain-lain-- sedang
zakat dapat diumpamakan dengan “mobil”, sebagai salah satu alat transportasi.
Maka hibah, hadiah, wasiat, wakaf, nazar (untuk
membelanjakan harta), nafkah kepada keluarga, kaffarah (berupa harta) --karena
melanggar sumpah, melakukan zhihar, membunuh dengan sengaja, dan jima’ di siang
hari bulan Ramadhan--, adalah termasuk infaq.
Bahkan zakat itu sendiri juga termasuk salah satu kegiatan infak. Sebab
semua itu merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan pihak
pemberi maupun pihak penerima.
Dengan
kata lain, infaq merupakan kegiatan penggunaan harta secara konsumtif –yakni
pembelanjaan atau pengeluaran harta untuk memenuhi kebutuhan-- bukan secara
produktif, yaitu penggunaan harta untuk dikembangkan dan diputar lebih lanjut
secara ekonomis (tanmiyatul maal).
Adapun
istilah shadaqah, maknanya berkisar pada 3 (tiga) pengertian berikut ini :
Pertama, shadaqah adalah pemberian harta kepada orang-orang
fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima
shadaqah, tanpa disertai imbalan (Mahmud
Yunus, 1936 : 33, Wahbah Az Zuhaili,
1996 : 919). Shadaqah ini hukumnya adalah sunnah, bukan wajib. Karena itu,
untuk membedakannya dengan zakat yang hukumnya wajib, para fuqaha menggunakan
istilah shadaqah tathawwu’ atau ash
shadaqah an nafilah (Az Zuhaili 1996 : 916). Sedang untuk zakat, dipakai
istilah ash shadaqah al mafrudhah (Az Zuhaili 1996 : 751). Namun seperti uraian
Az Zuhaili (1996 : 916), hukum sunnah ini bisa menjadi haram, bila diketahui
bahwa penerima shadaqah akan memanfaatkannya pada yang haram, sesuai kaidah
syara’ :
“Al wasilatu ilal haram haram”
“Segala perantaraan kepada yang haram, hukumnya haram pula”.
Bisa pula hukumnya menjadi wajib, misalnya untuk menolong
orang yang berada dalam keadaan terpaksa (mudhthar) yang amat membutuhkan
pertolongan, misalnya berupa makanan atau pakaian. Menolong mereka adalah untuk
menghilangkan dharar (izalah adh dharar) yang wajib hukumnya. Jika kewajiban
ini tak dapat terlaksana kecuali denganshadaqah, maka shadaqah menjadi wajib
hukumnya, sesuai kaidah syara’ :
“ Maa laa yatimmul
wajibu illa bihi fahuwa wajib”
“Segala sesuatu yang tanpanya suatu kewajiban tak terlaksana
sempurna, maka sesuatu itu menjadi wajib pula hukumnya”
Dalam ‘urf para fuqaha, sebagaimana dapat dikaji dalam
kitab-kitab fiqh berbagai madzhab, jika disebut istilah shadaqah secara mutlak,
maka yang dimaksudkan adalah shadaqah dalam arti yang pertama ini --yang
hukumnya sunnah-- bukan zakat.
Kedua, shadaqah adalah identik dengan zakat (Zallum, 1983
: 148). Ini merupakan makna kedua dari
shadaqah, sebab dalam nash-nash syara’ terdapat lafazh “shadaqah” yang berarti
zakat. Misalnya firman Allah SWT :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu adalah bagi orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil-amil zakat …”
(QS At Taubah : 60)
Dalam ayat tersebut, “zakat-zakat” diungkapkan dengan lafazh
“ash shadaqaat”. Begitu pula sabda Nabi SAW kepada Mu’adz bin Jabal RA ketika
dia diutus Nabi ke Yaman :
“…beritahukanlah kepada mereka (Ahli Kitab yang telah masuk
Islam), bahwa Allah telah mewajibkan zakat atas mereka, yang diambil dari orang
kaya di antara mereka, dan diberikan kepada orang fakir di antara mereka...”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Pada hadits di atas, kata “zakat” diungkapkan dengan kata
“shadaqah”.
Berdasarkan nash-nash ini dan yang semisalnya, shadaqah merupakan kata
lain dari zakat. Namun demikian,
penggunaan kata shadaqah dalam arti zakat ini tidaklah bersifat mutlak.
Artinya, untuk mengartikan shadaqah sebagai zakat, dibutuhkan qarinah
(indikasi) yang menunjukkan bahwa kata shadaqah --dalam konteks ayat atau
hadits tertentu-- artinya adalah zakat yang berhukum wajib, bukan shadaqah
tathawwu’ yang berhukum sunnah. Pada ayat ke-60 surat At Taubah di atas, lafazh
“ash shadaqaat” diartikan sebagai zakat (yang hukumnya wajib), karena pada
ujung ayat terdapat ungkapan “faridhatan minallah” (sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah). Ungkapan ini merupakan qarinah, yang menunjukkan bahwa
yang dimaksud dengan lafazh “ash shadaqaat” dalam ayat tadi, adalah zakat yang
wajib, bukan shadaqah yang lain-lain.
Begitu
pula pada hadits Mu’adz, kata “shadaqah” diartikan sebagai zakat, karena pada
awal hadits terdapat lafazh “iftaradha”
(mewajibkan/memfardhukan). Ini merupakan qarinah bahwa yang dimaksud
dengan “shadaqah” pada hadits itu, adalah zakat, bukan yang lain.
Dengan
demikian, kata “shadaqah” tidak dapat diartikan sebagai “zakat”, kecuali bila
terdapat qarinah yang menunjukkannya.
Ketiga, shadaqah adalah sesuatu yang ma’ruf (benar dalam
pandangan syara’). Pengertian ini
didasarkan pada hadits shahih riwayat Imam Muslim bahwa Nabi SAW bersabda :
“Kullu ma’rufin shadaqah” (Setiap kebajikan, adalah shadaqah).
Berdasarkan ini, maka mencegah diri dari perbuatan maksiat adalah
shadaqah, memberi nafkah kepada keluarga adalah shadaqah, beramar ma’ruf nahi
munkar adalah shadaqah, menumpahkan syahwat kepada isteri adalah shadaqah, dan
tersenyum kepada sesama muslim pun adalah juga shadaqah.
Agaknya
arti shadaqah yang sangat luas inilah yang dimaksudkan oleh Al Jurjani ketika
beliau mendefiniskan shadaqah dalam kitabnya At Ta’rifaat. Menurut beliau,
shadaqah adalah segala pemberian yang dengannya kita mengharap pahala dari
Allah SWT (Al Jurjani, tt : 132). Pemberian (al ‘athiyah) di sini dapat
diartikan secara luas, baik pemberian yang berupa harta maupun pemberian yang
berupa suatu sikap atau perbuatan baik.
Jika demikian halnya, berarti membayar zakat dan bershadaqah
(harta) pun bisa dimasukkan dalam pengertian di atas. Tentu saja, makna yang
demikian ini bisa menimbulkan kerancuan dengan arti shadaqah yang pertama atau
kedua, dikarenakan maknanya yang amat luas. Karena itu, ketika Imam An Nawawi dalam kitabnya Sahih Muslim bi
Syarhi An Nawawi mensyarah hadits di atas (“Kullu ma’rufin shadaqah”) beliau mengisyaratkan bahwa shadaqah di sini
memiliki arti majazi (kiasan/metaforis), bukan arti yang hakiki (arti
asal/sebenarnya). Menurut beliau, segala perbuatan baik dihitung sebagai
shadaqah, karena disamakan dengan shadaqah (berupa harta) dari segi pahalanya
(min haitsu tsawab). Misalnya, mencegah diri dari perbuatan dosa disebut
shadaqah, karena perbuatan ini berpahala sebagaimana halnya shadaqah. Amar ma’ruf nahi munkar disebut shadaqah,
karena aktivitas ini berpahala seperti halnya shadaqah. Demikian seterusnya (An
Nawawi, 1981 : 91).
Walhasil,
sebagaimana halnya makna shadaqah yang kedua, makna shadaqah yang ketiga ini
pun bersifat tidak mutlak. Maksudnya, jika dalam sebuah ayat atau hadits
terdapat kata “shadaqah”, tak otomatis dia bermakna segala sesuatu yang ma’ruf,
kecuali jika terdapat qarinah yang menunjukkannya. Sebab sudah menjadi hal yang
lazim dan masyhur dalam ilmu ushul fiqih, bahwa suatu lafazh pada awalnya harus
diartikan sesuai makna hakikinya. Tidaklah dialihkan maknanya menjadi makna majazi,
kecuali jika terdapat qarinah. Sebagaimana diungkapkan oleh An Nabhani dan para
ulama lain, terdapat sebuah kaidah ushul menyebutkan :
“Al Ashlu fil kalaam al haqiqah.”
“Pada asalnya suatu kata harus dirtikan secara hakiki (makna
aslinya).” (Usman, 1996 : 181, An Nabhani, 1953 : 135, Az Zaibari : 151)
Namun
demikian, bisa saja lafazh “shadaqah” dalam satu nash bisa memiliki lebih dari
satu makna, tergantung dari qarinah yang menunjukkannya. Maka bisa saja, “shadaqah” dalam satu nash
berarti zakat sekaligus berarti shadaqah sunnah. Misalnya firman Allah :
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka…” (At Taubah : 103)
Kata “shadaqah” pada ayat di atas dapat diartikan “zakat”,
karena kalimat sesudahnya “kamu membersihkan dan mensucikan mereka” menunjukkan
makna bahasa dari zakat yaitu “that-hiir” (mensucikan). Dapat pula diartikan
sebagai “shadaqah” (yang sunnah), karena sababun nuzulnya berkaitan dengan
harta shadaqah, bukan zakat. Menurut Ibnu Katsir (1989 : 400-401) ayat ini
turun sehubungan dengan beberapa orang yang tertinggal dari Perang Tabuk, lalu
bertobat seraya berusaha menginfakkan hartanya. Jadi penginfakan harta mereka,
lebih bermakna sebagai “penebus” dosa daripada zakat.
Karena itu, Ibnu
Katsir berpendapat bahwa kata “shadaqah” dalam ayat di atas bermakna umum, bisa
shadaqah wajib (zakat) atau shadaqah sunnah (Ibnu Katsir, 1989 : 400). As
Sayyid As Sabiq dalam kitabnya Fiqhus Sunnah Juz I (1992 : 277) juga menyatakan,
“shadaqah” dalam ayat di atas dapat bermakna zakat yang wajib, maupun shadaqah
tathawwu’.
Ditulis Oleh :
Sigit Purnawan Jati,
S.Si
Pondok Yatim & Dhuafa Assaulia
Jl Raya Bekasi Km.23 Rt.12/04 No.100 Cakung Barat Cakung Jakarta Timur,13910.
Telp.021.4683 1206 Fax.021.4683 1575.
Langganan:
Postingan (Atom)
MENYAMBUT 17 AGUSTUS 2019
Pagi ini santri mengikuti kegiatan Menyambut Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2019 yang ke 74,yang diselengarakan disekolah. Diarea sekolah.Para ...
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgK7nlExtdSWcR73wlbw__nXpwLzeeMUxI3w61_VvjqKtYkm4_AyTzuIHKARp-q50C0uHqcemspNXBHp0kuuuy4Q9z3ba28Lvfq0vUHnVImoqF2ScADu4irbFPAKuOF9NFPiXH81tINCc1I/s320/WhatsApp+Image+2019-08-19+at+09.53.55.jpeg)
-
Pagi ini santri mengikuti kegiatan Menyambut Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2019 yang ke 74,yang diselengarakan disekolah. Diarea sekolah.Para ...
-
Salah satu penyakit hati dalam diri manusia yang dapat menutup jalan hidayah Allah swt adalah sifat sombong atau takabur. Orang Sombong...
-
Bahagianya tak mempunyai utang..... Mari kita berdoa dan selalu di panjat disetiap kita kan akan tidur.. “Ya Allah, Rabb yang ku...